Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini demikian pesat. Hampir
menyentuh semua aspek kehidupan manusia. Berkomunikasi saat ini tidak hanya
dengan menggunakan suara saja namun juga sudah menggunakan video ada yang
disebut video call sampai dengan tele-conference. Lewat internet semua
informasi terbaru pasti dapat Dengan mudah didapat baik informasi yang sifatnya
positif maupun yang negatif.
Saat
ini tik sudah menjadi sebuah kebutuhan wajib bagi semua orang. Tak terkecuali
sekolah dalam hal ini dunia pendidikan. Banyak sekolah saat ini sudah tersedia
wifi baik yang murah maupun yang mahal. Namun banyak sekolah juga yang sama
sekali belum tersentuh oleh kemajuan TIK. Mungkin hal ini terjadi karena
kurangnya infrastruktur juga kondisi sekolah secara geografis belum dapat
terjangkau internet.
Untuk
sekolah yang sudah tersedia jaringan wifi dan internet gratis terkadang juga
terkendala pada besarnya kuota yang mampu dibayar tiap bulannya. Ada sekolah
yang fair dengan membuka semua akses internet yang ada namun ada juga sekolah
yang lebih memanjakan gurunya supaya bisa ber internet ria. Hal ini tentu
kembali kepada kebijakan sekolah masing-masing.
Bagi
sekolah yang sudah siap tentunya harus mampu memanfaatkan TIK supaya dapat
menunjang proses mengajar. Belum semua guru mampu mengoperasikan laptop dalam
proses mengajar sehari-hari. Hal ini terjadi karena tidak semua guru mau atau
belajar mengenai software yang berguna dalam proses mengajar. Tetapi kalau guru
diminta untuk ber socmedia pasti semua guru bisa. Ini merupakan efek negatif
dari TIK. Biasanya software yang dipakai untuk proses mengajar ini adalah
powerpoint. Terkadang sudah mengikuti pelatihan pun belum tentu nanti dalam
praktek nya guru mampu membuat suatu presentasi yang berkaitan dengan mapel
yang diampunya.
Kendala
lain yang terjadi disekolah adalah tersedianya infocus plus layar untuk
menampilkan presentasinya. Terkadang ada infocusnya layar nya tidak ada. Atau
karena pemakaian yang berlebihan infocusnya rusak. Disini diperlukan sponsor
yang mau memberikan donasinya ke sekolah-sekolah agar bila terjadi hal-hal
seperti ini bisa cepat tertangani karena bila tidak maka siswa dirugikan guru
juga dirugikan. Biasanya bila infocus rusak pindah ke ruang lain yang ada
infocusnya. Dengan catatan ruangan tersebut tidak ada yang menggunakan. Itu
kalau yang rusak 1 infocus bila lebih dari 1 terbayangkan yang pasti terjadi.
Kembali
ke powerpoint. Ada guru yang sudah mahir membuat presentasi sehingga materi
yang diajarkan dapat tercapai. Namun ada juga guru yang lebih menghias
presentasinya sehingga yang ditangkap siswa bukan materinya tapi embel-embel
hiasan yang menyertai setiap slide powerpointnya. Bila ini terjadi tentu yang
ditanyakan anak bukan materi yang sedang dibahas tetapi pak video nya mana? Pak
lagunya mana? Atau bu setel youtube aja. Disamping kendala diatas ada juga
faktor lain yang mempengaruhi yaitu apabila daerah sekitar Sekolah tersebut
sering mengalami pemadaman listrik. Bila ini sering terjadi maka dapat
mengakibatkan rusaknya laptop apalagi yang kondisi baterainya sudah dol
sehingga membutuhkan sambungan listrik secara terus menerus.
Bila
semua hal diatas tadi berjalan dengan baik bukan tidak mungkin sekolah tersebut
mampu mencapai target yang diidam-idamkan semua sekolah mencapai nilai nem yang
baik, seluruh siswa naik kelas. Ini sebuah harapan berkat kemajuan teknologi.
Tapi ada juga sekolah yang lebih ketat belum tentu semua siswa naik kelas, belum
tentu semua siswa lulus un. Semua kembali kepada pihak-pihak yang memutuskan,
pembuat kebijakan mau sekolah nya maju, mau sekolah nya mampu bersaing, atau
ada juga yang penting dapat murid.
Nilai
tambah sekolah juga didapat dari tersedianya laboratorium komputer. Namun seiring
jamannya tiap ganti menteri ganti kebijakan maka saat ini sekolah-sekolah yang
melaksanakan kurikulum 2013 pastilah hanya kelas 9 yang menggunakannya
sementara kelas 7 dan 8 hanya mengharap kapan ya kelas saya ke laboratorium
komputer? Apalagi kelas 7 yang di sd nya dulu ada pelajaran tik tentu kepengen
juga masuk laboratorium komputer. Hal ini kembali berpulang kepada kebijakan
menteri yang baru nanti apakah akan kembali mengadakan mapel tik?
Disisi
lain bagi guru yang mengajar tik/kkpi berdampak pada psikologis nya. Apalagi bila
mereka itu adalah guru swasta. Dengan gampang dengan alasan yang masuk akal
yaitu mengikuti kurikulum 2013 maka ada pengurangan guru tik. Dengan kata lain
mengorbankan para guru yunior. Itupun bila sekolah tersebut punya dua guru. Sementara
ada kecenderungan guru yang senior juga enggan memikirkan nasib yuniornya.
Jadi
kesimpulannya adalah merevisi kebijakan dengan harapan menyelamatkan nasib guru
tik/kkpi atau melaksanakan kebijakan dengan membuat rakyat menjadi
penggangguran. Semoga saja dengan dilantiknya presiden baru kita nasib guru tik
/ kkpi menjadi lebih baik lagi.